Said Iqbal: “Jangan rendahkan harkat dan martabat bangsa Indonesia”
Sesungguhnya negeri ini bukanlah
negeri yang miskin. Negeri ini adalah sebuah negeri yang nilai
kekayaannya nomor 15 se-Jagad Raya. Bahkan, pada tahun 2025 nanti,
Indonesia diprediksi akan menjadi Negara terkaya nomor 10. Memasuki
tahun 2030, kekayaan Indonesia menempati peringkat 6 atau 7 dunia.
Kekayaan Negara ini menyamai kekayaan Amerika Serikat, Prancis, Inggris,
Jepang, dan Kanada.
Pertumbuhan ekomomi Indonesia sangat fantastis. Menempati peringkat 2
dunia, setingkat dibawah Cina. Sedangkan investment gradre kita triple
A, diatas Singapura dan Negara-negara Asean lainnya.
Indonesia masih menjadi tujuan utama investasi dunia.
Begitu terhormatnya posisi Indonesia jika dilihat dari angka-angka
pertumbuhan ekonomi. Tetapi ketika kita mengalihkan topik pembicaraan
dengan membahas tingkat kesejahteraan rakyatnya, yang kita dapatkan
adalah fakta-fakta memprihatinkan. Pertumbuhan ekonomi hanya mengalir
keatas, bukan kebawah: ironis sekali!
Mereka mengatakan, “upah kita sudah lebih tinggi dari Kamboja dan Vietnam.”
Pernyataan itu menyinggung kehormatan kita sebagai bangsa. Mengapa
tidak sekalian saja dibandingkan dengan Euthopia, Sudah Selatan, dan
Zimbabwe, supaya terlihat posisi Indonesia kelihatan lebih tinggi
dibandingkan dengan Negara-negara itu?
Atau kita perlu membandingkan Indonesia dengan negeri paling ujung
diujungnya dunia sebagai pembanding? Hanya agar negeri ini terlihat
baik!
Dimana letak kehormatan dan martabat bangsa ini secara politik.
Sebuah Negara diakui secara politik bukan berdasarkan angka-angka
makro ekonomi yang tersaji diatas kertas. Tetapi angka-angka itu juga
harus tergambar didalam realitas. Faktanya, upah buruh di Indonesia saat
ini menduduki peringkat 69 dari 166 Negara.
Ketika kita membadingkan dengan sesuatu yang tidak sebanding, buat
saya hal itu adalah sebuah bentuk lelucon. Kelewatan. Seharusnya kalau
ingin membandingkan dengan Negara-negara yang memang sebanding. Tidak
perlu dibandingkan dengan Eropa, Amerika atau Jepang, Dibandingkan
dengan Thailand dan Filipina pun, upah kita masih ketinggalan.
Karena itu, sebagai element masyarakat yang memiliki kesadaran, kita
menuntut tanggungjawab Negara untuk memenuhi kesejahteraan bagi
rakyatnya. Tak boleh diam. Karena semua itu tak akan diberikan secara
cuma-Cuma jika kita tidak memintanya. (Kascey)
Tidak ada komentar