Breaking News

Kasus Bunuh Diri di Kalangan Buruh India Melesat, Inilah Penyebabnya

Buruh bekerja di sumur tangga Bansilalpet berusia abad ke-18, yang sedang menjalani pekerjaan restorasi, di Secunderabad, kota kembar Hyderabad, India (24/8/2022). (AFP/Noah Seelam)
Buruh bekerja di sumur tangga Bansilalpet berusia abad ke-18,
yang sedang menjalani pekerjaan restorasi, di Secunderabad,
kota kembar Hyderabad, India (24/8/2022). 


Indian Labourer Suicide Rises !


New Delhi - India mengalami peningkatan kasus bunuh diri di kalangan pekerja dengan upah harian, menurut laporan terbaru oleh Biro Catatan Kejahatan Nasional. Laporan yang dirilis pada Agustus lalu mengungkapkan bahwa pekerja dengan upah harian mendominasi di antara mereka yang meninggal karena bunuh diri di India.



Dari 164.033 kasus bunuh diri yang dilaporkan pada tahun 2021, lebih dari 42.000 kasus bunuh diri atau satu dari empat di antaranya merupakan pekerja upah gaji harian, seperti dikutip dari laman DW Indonesia, Minggu (25/9/2022)

"Jumlah dan upaya bunuh diri telah meningkat secara signifikan. Data mencerminkan tren ini, tetapi jumlahnya kemungkinan akan lebih banyak lagi," kata psikiater yang berbasis di Delhi, Achal Bhagat kepada DW. "Kemiskinan berkontribusi pada masalah kesehatan mental dalam berbagai cara."

Para profesional kesehatan mental mengaitkan lonjakan kasus bunuh diri dengan berbagai faktor-faktor termasuk pengangguran, kemiskinan, utang, dan ketidakmampuan untuk mengatasi pemotongan upah.

Bhagat, yang telah mempelajari masalah ini dengan cermat, mengatakan banyak pekerja dengan upah harian tidak yakin apakah mereka akan mampu menghidupi diri sendiri, dan memiliki perasaan bersalah karena tidak menjalankan peran sebagai pemuda dalam masyarakat patriarki.

Menurut psikiater, kondisi para buruh ini diperparah dengan faktor-faktor seperti penyalahgunaan zat dan gangguan psikologis, semuanya berkontribusi menyebabkan meningkatnya angka bunuh diri di kalangan pekerja dengan upah harian.

"Dua kebijakan terpenting yang dapat membuat perbedaan adalah mata pencaharian berkelanjutan dengan jaminan sosial, dan akses ke layanan kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri," kata Bhagat.


Pemotongan upah saat pandemi COVID-19



Sekitar 450 juta dari 1,3 miliar penduduk di India bekerja di sektor ekonomi informal. Ini termasuk pekerja berupah, pekerja konstruksi, pedagang kaki lima, dan buruh yang tidak memiliki rumah.

Lebih dari separuh pekerja harian di India berpenghasilan hanya 200-400 rupee per hari (Rp37.000 hingga 75.000), jauh di bawah upah minimum yang ditentukan untuk pekerja tidak terampil. Banyak pekerja menjadi berutang dan dibiarkan rentan terhadap eksploitasi.

Pandemi "menyebabkan penurunan pendapatan yang parah bagi sebagian besar pekerja, mengakibatkan meningkatnya angka kemiskinan secara tiba-tiba. Perempuan dan pekerja yang lebih muda telah terpengaruh secara tidak proporsional," berdasarkan hasil temuan studi terbaru dari Universitas Azim Premji bekerja sama dengan berbagai organisasi masyarakat sipil.



Sebagian besar pekerja harian menganggur, termasuk setelah November 2020 dan di sebagian besar awal tahun 2021. Sektor-sektor seperti real estate, konstruksi, infrastruktur, dan pembangunan perkotaan membutuhkan waktu untuk memulai kembali proyek.

"Karena ketidakpastian tentang pekerjaan dan pendapatan, mereka (pekerja bergaji harian) harus sering bermigrasi, kehilangan jaminan sosial, tidak memiliki tabungan, dan terlilit utang," kata Nelson Vinod Moses, pendiri Yayasan Pencegahan Bunuh Diri India kepada DW.

"Banyak yang memiliki tingkat alkoholisme tinggi, tidak ada asuransi kesehatan, diperlakukan dengan buruk, dan bekerja dalam kondisi berbahaya," tambahnya.


Kenaikan Upah Berkaitan dengan Kesejahteraan


Pekerja Urban India Mudik
Pekerja Urban India Mudik

Buruh migran India menunggu bus untuk mengangkut mereka menuju kampung halaman setelah pemberlakukan lockdown di New Delhi, Sabtu (28/3/2020). Arus eksodus massal ini terjadi beberapa jam setelah otoritas setempat mengumumkan menyediakan ratusan bus bagi yang ingin meninggalkan Delhi. (AP Photo)

Tina Gupta, seorang psikoterapis yang telah mempelajari pola perilaku, mengutip sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Epidemiology and Community Health yang menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum sebesar US$ 1 dikaitkan dengan penurunan tingkat bunuh diri antara 3,5 dan 6% di antara orang-orang dengan pendidikan SMA atau kurang.

"Studi ini menunjukkan bagaimana upah rendah berkaitan dengan risiko bunuh diri yang tinggi di antara mereka yang rentan. Pekerja berupah harian termasuk yang termiskin," katanya kepada DW.



Pekerja berupah harian paling sering menjadi tulang punggung utama keluarga, kata Anjali Nagpal, psikiater lainnya di New Delhi, kepada DW.

"Karena keterbatasan kemampuan akademik atau vokasional mereka, jika mereka diberhentikan atau menghadapi kesulitan keuangan, mereka tidak dalam kondisi dapat beradaptasi dengan mengubah pekerjaan mereka atau meminta bantuan dari teman-teman mereka, karena mereka berada di posisi yang sama,” katanya.

Di atas pekerjaan dan masalah keuangan, mereka sering bergumul dengan kehidupan pribadi mereka karena menyadari masalah kesehatan mental seseorang bukanlah prioritas dalam lapisan ini," tambahnya.



Namun, tanpa jaring pengaman sosial dan ekonomi atau akses ke perawatan kesehatan mental, banyak pekerja harian tetap merasa terjebak.

Kunci pencegahan bunuh diri adalah "asuransi kesehatan, bantuan utang, jaminan sosial, akses ke perawatan kesehatan, dan kampanye kesehatan masyarakat yang menunjukkan bahwa masyarakat sipil peduli," tegas Moses dari Suicide Prevention India Foundation.


sumber : https://www.liputan6.com/global/read/5078573/kasus-bunuh-diri-di-kalangan-buruh-india-melonjak-ini-penyebabnya

Tidak ada komentar