Kritik Presiden FSPMI terhadap Jokowi
Said Iqbal, barangkali menjadi salah satu tokoh
yang paling sering mengkritik kinerja Gubernur DKI Jakarta, Joko
Widodo. Baru-baru ini, misalnya, Said Iqbal menyebut Jokowi (panggilan
akrab Joko Widodo) telah memberikan 3 kado pahit untuk buruh dan rakyat
DKI Jakarta.
Tiga kado pahit yang dimaksud berupa: banjir, upah murah dan macet. Seperti kita ketahui, ada ribuan
rumah yang terendam sehingga menghuninya harus mengungsi. Para buruh
tidak bisa masuk bekerja. Perusahaan kehilangan jam kerja dan
produktivitasnya. Anak buruh tidak bersekolah. Banyak motor – yang
sebagian besar belum lunas dari kredit – rusak terendam banjir.
Presiden FSPMI Said Iqbal menambahkan, pada akhir bulan Januari ini
juga, jutaan buruh DKI Jakarta mulai menerima kenaikan gaji yang
besarnya hanya Rp 2,4 juta. Dengan upah yang murah itu, setelah
dikurangi biaya sewa rumah (yang sudah tenggelam karena banjir), biaya
transportasi dan makan, hanya tersisa Rp. 400 ribu. Dan tentu saja,
dengan uang sebesar itu sangat tidak cukup untuk membiayai kebutuhan
hidup kaum buruh ditengah ganasnya banjir yang sedan melanda.
“Belum lagi kemacetan panjang yang memperparah keadaan. Sekarang
butuh 4 sampai 5 jam perjalanan menuju pabrik dengan motor. Begitu pula
arah pulang ke rumah,” ujar Iqbal. Karena itulah Said Iqbal mengingatkan
janji Jokowi saat berkampanye. Dimana saat itu, Gubernur yang
disebut-sebut sebagai calon kuat akan memenangi pemilihan Presiden ini
pernah mengatakan, bahwa DKI memiliki uang yang banyak. Dalam 5 tahun
mencapai Rp. 135 Triliun. Dengan uang itu, kita bisa mengatasi banjir
dalam setahun serta mengangkat harkat dan martabat orang kecil.
“Faktanya janji itu masih jauh dari harapan,” jelas Iqbal.
Karena itu, menurut Iqbal,
Jokowi-Ahok tak perlu gengsi untuk meminta maaf kepada buruh dan
masyarakat secara luas atas 3 kado pahit itu: banjir – upah murah – kemacetan.
Iqbal menambahkan, “Hari ini saya membaca postingan di facebook dan
twitter, ada buruh yang menulis, ‘Selamat Datang CAPRES Banjir dan Upah
Murah’. Mudah-mudahan ada hikmah dan kebaikan untuk kita semua dan
musibah ini segera berlalu.”
Satu dari 21 nama yang menjadi penantang kuat Jokowi yang kini
diunggulkan sejumlah lembaga survai memenangi Pilpres 2014 berdasarkan
hasil riset Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia ini;
tak hanya kali ini saja mengkritik Joko Widodo. Tahun lalu (20 November
2013) , Said Iqbal juga menyebut Jokowi-Ahok adalah bapaknya pelopor
upah murah.
Alasan Said Iqbal menyebut
Jokowi-Ahok sebagai bapak upah murah karena UMP DIK Jakarta 2014 yang
ditetapkan berdasarkan Inpres Nomor 9 Tahun 2013 akan melahirkan efek
domino. Sehingga daerah lain pun ikut-ikutan menetapkan kenaikan UMP di
bawah 50 persen.
“Inpres membuat banyak daerah tersandera. Soalnya, Gubernur DKI sudah mengumumkan lebih dulu dibanding daerah lain,” ujarnya.
Menurut Iqbal, semestinya Jokowi-Ahok tak buru-buru memutuskan UMP
sejauh penetapannya baik untuk buruh. Jokowi-Ahok, tambah dia, harus
bercermin pada kepemimpinan Foke yang sampai dua kali merevisi UMP.
Tidak mendahului penetapan di daerah lain. Saat itu Said berharap,
Jokowi-Ahok merevisi UMP yang sudah ditetapkan karena akan berdampak
besar bagi perekonomian. “Ini jauh lebih besar impact-nya kepada seluruh
masyarakat tentang daya beli yang dikaitkan dengan konsumsi domestik.
Kalau konsumsi domestiknya naik, pertumbuhan ekonomi naik, lapangan
kerja akan banyak,” terang dia.
Beberapa bulan sebelumnya, Said Iqbal juga mengkritik Jokowi agar
jangan hanya mengurusi topeng monyet. Ada permasalahan mendasar yang
lebih penting untuk segera diselesaikan oleh Gubernur.
Kepada saya, Said Iqbal mengatakan secara pribadi dirinya tidak
memiliki masalah dengan Jokowi. Tetapi sebagai element masyarakat,
serikat buruh harus melakukan fungsi kontrol. Kritik bukanlah sebagai
bentuk kebencian. Sebaliknya, ia harus dibaca sebagai bentuk kepedulian
untuk melihat bangsa ini menjadi lebih baik lagi. Pemerintah tidak boleh
lalai terkait dengan hajat hidup orang banyak karena itu sudah menjadi
tanggungjawabnya. (Kascey)
Tidak ada komentar